Buku Hamil

Buku Hamil
Buku Cara Cepat Hamil

Saturday, September 25, 2010

Taman Balekambang ‎

REKREASI menjadi bagian penting untuk menjaga fisik dan jiwa agar terhindar dari stres dan penat akibat rutinitas sehari-hari. Rekreasi tak selalu butuh dana besar. Dengan biaya murah Anda pun bisa berekreasi di Taman Balekambang, Solo, misalnya.

Pilihan wisata murah berkualitas tidaklah banyak. Karena itu, Anda harus pintar mencarinya terlebih bila yang dicari adalah objek wisata yang cocok bagi seluruh anggota keluarga. Taman merupakan salah satu objek wisata yang bisa dijadikan pilihan.

Alasannya, ruang terbuka memberi kesempatan bagi anak-anak untuk lebih leluasa bermain di alam. Apalagi kalau taman tersebut dilengkapi arena bermain anak dan berbagai jenis satwa atau botanical garden. Alhasil, orangtua refreshing, anak-anak bisa belajar tentang lingkungan, sementara kantong tidak jebol.

Konsep wisata murah meriah, tapi multimanfaat inilah yang saat ini dikembangkan Pemkot Solo di Taman Balekambang. Tempat ini dulunya merupakan taman keluarga raja Mangkunegaran. Namun sempat terbengkalai beberapa tahun, akhirnya pemkot memutuskan untuk memolesnya menjadi taman kota.

Taman Balekambang memiliki ratusan jenis tanaman langka. Beberapa tanaman usianya sudah mencapai ratusan tahun sehingga sangat rindang. Suara kicau burung liar terdengar saling bersahutan di pepohonan yang besar. Sementara hijaunya rerumputan menjadi makanan sehari-hari sejumlah rusa yang dilepas bebas. Tak heran, pengunjung bisa memberinya makan atau sekadar menyentuhnya.

Di taman ini juga ada dua kolam yang masing-masing terdapat patung perempuan di tengahnya, yakni Partini dan Partinah. Satu kolam berukuran besar dan satunya lagi berukuran kecil. Para pengunjung bisa duduk santai di tepiannya sembari memberi makan ikan-ikan yang jenisnya beraneka ragam.

Menyusuri taman melalui jalan setapak yang ditata rapi, pengunjung dapat menikmati kesejukan layaknya yang dirasakan keluarga Kadipaten Pura Mangkunegaran pada zaman dahulu. Kursi-kursi bernuansa etnik diberbagai sudut taman siap menjadi tempat beristirahat setelah kaki lelah melangkah.

Taman Balekambang telah menjelma sebagai lokasi tujuan wisata baru di Solo, meski proses penataan baru rampung sekitar 40 persen. Tiap hari puluhan muda-mudi bercengkerama menghabiskan sebagian waktunya di sana. Tak sedikit pula keluarga besar yang datang rombongan sekadar duduk-duduk di taman.

Keluarga Tarigan Sembiring, salah satunya. Perempuan berusia 60-an tahun itu datang bersama sanak keluarganya yang berjumlah tujuh orang. Warga Siantar, Simalungun, Sumatera Utara, itu baru pertama kali mengunjungi Taman Balekambang. Di tempat itu mereka menghabiskan waktu untuk bersantai di atas tikar yang dibawanya.

“Kebetulan ada anak saya yang pindah ke Mojosongo, Solo. Ini hari keempat saya berada di sini,” ujar Tarigan.

Meski baru pertama kali, kesejukan taman memberi kesan tersendiri baginya. Salah seorang putranya bahkan sampai ketiduran di bawah rerindangan pohon.

“Tempatnya enak. Sejuk, banyak pohon dan tidak ada aroma yang tak enak. Jadi kami betah di sini,” katanya sembari menunggui cucunya yang sedang asyik bermain.

Bagi Tarigan, berwisata ke taman bukan aktivitas yang baru. Sebab, di daerah tempat tinggalnya juga terdapat taman serupa bernama Taman Bunga.

“Di sana juga ada yang seperti ini. Orang kalau mau masuk pada hari biasa gratis, tapi kalau pas ada acara tertentu pakai tiket,” ceritanya.

Sementara itu, Veronica, 15, warga Mojosongo, mengaku beberapa kali mengunjungi Balekambang. Tidak hanya ketika sendiri maupun bersama teman, tapi taman itu telah menjadi salah satu tujuan wisata favorit keluarganya.

“Kalau liburan, keluarga sering ke sini,” sebutnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo Purnomo Subagyo menuturkan, pemkot masih berupaya melakukan penambahan koleksi tumbuhan dan satwa. Penambahan satwa sejauh ini masih terkendala status Balekambang yang belum termasuk tempat konservasi. Karena itu, binatang yang ditambahkan selama ini lebih bersifat satwa yang tidak dilindungi, seperti merpati dan angsa.

Selain menyajikan kesejukan, tempat itu juga memiliki sarana untuk menggelar seni pertunjukan, baik indoor maupun outdoor. Masyarakat bisa mengakses fasilitas- fasilitas tersebut.

Taman itu tak hanya membuat jatuh hati masyarakat biasa. Musikus Iwan Fals pun dibuatnya kepincut. Dia bahkan sempat berpikir untuk bisa menggelar pentas di tempat itu. Namun, tidak diperbolehkan Wali Kota Solo Joko Widodo karena khawatir akan merusak taman.

“Luar biasa, di tengah kota masih ada taman seperti ini,” kata Iwan ketika mengunjungi tempat itu beberapa waktu lalu.

Tuesday, September 14, 2010

AFF Suzuki Cup in Hanoi

A workshop for participating teams AFF Suzuki Cup Football Tournament 2010 held by the Vietnam Football Federation (VFF) in its new headquarters near My Dinh National Stadium Hanoi, Vietnam, Tuesday (14 / 9).

As quoted by Antara on Tuesday, the workshop was also attended by representatives of Indonesia Joko Driyono is to provide a better understanding and more clear about their obligations as the host tournaments and more specifically to the marketing partner of World Sport Group (WSG) as the holder the right sponsor .

Joko Driyono participate in the workshop in his capacity as Chairman of the Local Committee (LOC) AFF Cup in Indonesia. The workshop also specifically directed to Laos Football Federation to host the qualifying rounds and for Vietnam-Indonesia, which will act as tournament host.

As quoted from the official website of AFF, Tuesday, all the representatives gain a clearer understanding about the tournament was conducted before the AFF Suzuki Cup group draw in 2010 which will be held at Hotel Sheraton Hanoi on Wednesday.

In the workshop also outlined on the rights of the sponsor WSG and obligations that must be obeyed by a host of restrictions that can be done by the host about the search for additional sponsors.

Similarly, host obligation to appoint a team of media officers and security personnel as part of the management committee can ensure that the working relationship between the committee, WSG and harmonious AFF.

While the prize money for the biennial championship was fixed at 100 000 U.S. dollars for the champion, $ 50,000 for the runner-up and each of the losing semifinalists get $ 15,000 U.S..